2.1 Hubungan olahraga dengan politik
Ketika pada Piala Dunia 1990 Maradona diangkat oleh Presiden Menem
sebagai duta resmi Argentina, maka sang legenda sepak bola Argentina itu
menjadi symbol konkret identifikasi antara olahraga dan politik.
Pertalian erat antara olahraga dan politik bukanlah sesuatu yang baru.
Bahkan, bukan hanya dengan politik. Sebab olahraga memiliki multimakna;
sosial, ekonomi, politik atau ideologi, dan kesehatan.
Diktator Adolf Hitler juga pernah memanfaatkan Federasi Sepak Bola
(DFB) untuk propaganda politik Nazi. Dia mengatakan, ”Orang besar
adalah pelari marathon sejarah”. Diktator lainnya, Bennito Mussolini,
merasa penting dirinya ditampilkan dalam pose-pose olahraga, seperti
sedang bermain anggar, tenis, atau naik kuda. Sebab, menyitir I Bambang
Sugiarto (2000), bagi Mussolini, seorang politikus sejati haruslah
serentak merupakan simbol kejantanan sportif. Sedangkan bagi kaum
sosialis, olahraga adalah manifestasi penting semangat ideal
kolektivisme yang rasional dan higienis.
Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah
tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar
kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna itu.
Tulisan ini memfokuskan diri pada sepakbola, dengan lebih
menitikberatkan pada politik, terutama politik demokratik. Artinya,
sepakbola bukan sekadar olahraga, melainkan telah lama menjadi alat
politik sekaligus inspirasi dan pembelajaran dalam berpolitik. Dengan
kata lain, sepakbola dalam perkembangannya bukan hanya sebagai alat
politik atau legitimasi politik kekuasaan –seperti diktator Franco di
Spanyol yang konon pernah memanfaatkan klub sepak bola Real Madrid
sebagai alat legitimasi kekuasaannya, Mussolini pada Piala Dunia 1934
yang memaksakan Piala Dunia harus dilaksanakan di Italia dan klubnya
harus ‘menang atau mati’, atau seperti Hitler di atas– tetapi juga
sebagai media pembelajaran politik demokratik, terutama yang bertalian
dengan politisi dan konstituennya.
Sepakbola dan demokrasi
Bila dilihat lebih dalam, sepakbola memang mengajarkan banyak hal
tentang politik, strategi memenangkan pertarungan politik, dan
keterlibatan publik di dalamnya, atau yang biasa disebut demokrasi.
Dalam demokrasi, yang didahulukan adalah kepentingan umum atau
kepentingan bersama, kemudian barulah kepentingan pribadi atau kelompok.
Tujuan utama demokrasi adalah menciptakan ruang bagi terciptanya
keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Demikian juga dalam sepakbola, sebagai sebuah permainan tim. Dalam
sepakbola, yang diutamakan adalah kebersamaan sebagai sebuah tim,
setelah itu pribadi. Pertandingan sepakbola antar bangsa, misalnya, yang
didahulukan adalah kepentingan dan kehormatan bangsa dan negara,
kemudian baru kepentingan pribadi atau klub. Apabila dalam politik,
partai politik adalah arena atau lapangan politik milik rakyat dalam
membangun demokrasi, maka dalam sepakbola, lapangan hijau menjadi
“lapangan politik” milik rakyat untuk membangun kepentingan bersama.
Dalam hal ini, sepakbola dapat mengajarkan bagaimana seharusnya sebuah
pementasan arena politik partai dan para pendukungnya dalam menjalankan
tugas politiknya, yakni fair play.
2.2 Hubungan olahraga dengan ekonomi
Hingga saat ini, tampaknya masih ada opini yang mengatakan bahwa
kegiatan olahraga cenderung menghambur-hamburkan uang. Bahkan ada
analisis yang tendensius, daripada untuk kegiatan olahraga yang jutaan
bahkan milyaran rupiah lebih baik digunakan untuk mengentaskan
kemiskinan rakyat yang masih sekitar 140 juta. Pendapat dan analisis
yang demikian tentu sah-sah saja.
Tetapi benarkah olahraga hanya menghabiskan uang ? Tidakkah ada
revenue yang bisa diharapkan dari kegiatan olahraga ? Mungkinkah terjadi
multiplier effect dari sebuah kegiatan olahraga? Pertanyaan seperti itu
memang agak sulit dijawab secara pasti, jika saja tidak ada bukti-bukti
yang mendukungnya.
Bahwa untuk melakukan pembinaan olahraga membutuhkan dana yang tidak
sedikit saya kira adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Ketika suatu
negara atau daerah menyelenggarakan sebuah event olahraga, mungkin
sekali banyak dana yang digunakan untuk membiayainya. Tetapi sangat
boleh jadi kegiatan olahraga juga mampu mendorong tumbuhnya ekonomi, dan
bahkan mendatangkan keuntungan langsung seperti Olympiade Los Angeles
1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta
dolar. Olympiade Los Angeles merupakan olympiade pertama yang menerapkan
pendekatan logika ekonomi melalui sport business. Pernyataan tersebut
memberikan bukti bahwa olahraga apabila dikelola secara profesional
dapat mendatangkan keuntungan ekonomi disamping nonekonomi. Itulah
sebabnya mengapa banyak negara yang berebut untuk menjadi tuan rumah
suatu event olahraga seperti Asian Games, Olympic Games, Piala Dunia (
sepakbola) dan Piala Eropa. Oleh karena itu, saya ingin melihat hubungan
olahraga dan ekonomi sebagai hubungan yang bersifat resiprokal.
Artinya, olahraga mempengaruhi ekonomi dan ekonomi mempengaruhi
olahraga.
Dalam banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara
ekonomi maju, maka perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang
sangat berarti. Lihatlah bagiamana perkembangan olahraga di Amerika,
Australia, Perancis, Inggris, Jepang, dan sebagainya yang telah
berkembang begitu pesat. Dari segi prestasi, terutama dalam Olympic
Games , sejumlah negara tersebut telah menempatkan dirinya di papan
atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat yang diukur dari
angka kematian bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya, negara-negara
maju juga lebih unggul.
Sungguhpun demikian, tidak berarti prestasi tinggi hanya terjadi pada
negara-negara yang secara ekonomi lebih maju. Brasil secara ekonomi
barangkali jauh di bawah negara-negara maju seperti Perancis, Jerman,
dan Italia. Ditinjau dari GDP per capita, Brasil hanya US$ 7,037,
sementara ketiga negara tersebut masing-masing adalah US$ 22,897, US$
23,742, dan US$ 22,172. Sebuah perbedaan yang sangat signifikan, karena
lebih dari tiga kali lipat. Akan tetapi, Brasil memiliki tradisi
prestasi sepakbola yang lebih tinggi dibandingkan ketiga negara
tersebut. Apa yang ingin saya katakan disini adalah bahwa untuk
membangun olahraga tidak harus menunggu negara kita maju atau secara
ekonomi sejajar dengan negara-negara maju. Justru yang perlu di dorong
adalah bagaimana olahraga dijadikan sebagai salah satu instrumen untuk
membangun ekonomi.
Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa tingginya partisipasi
masyarakat dalam olahraga, ternyata tidak hanya mengurangi anggaran
kesehatan yang dikeluarkan pemerintah, tetapi pada sisi yang lain juga
meningkatkan produktivitas. Peningkatan partisipasi dalam olahraga
hingga 25 % (angka semula 33% dari penduduk yangs ecara reguler
melakukan olahraga) dapat mengurangi biaya kesehatan sekitar $ 778 juta
dolar atau sekitar 6,6 trilyun rupia. Selain itu juga menstimulasi
produktivitas 1-3 % , dari setiap 2-5 $ dolar yang diinvestasikan.
Sementara anggaran yang digunakan untuk menstimulasi kegiatan olahraga
tersebut hanya $ 191 juta dolar atau sekitar 1,6 trilyun rupiah
(B.Kidd,World Summit on Physical Education,1999).
Studi di Austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan
rekreasi dapat menghasilkan pendapatan nasional sebesar AUD $4,8 milyar
pertahun, AUD $ 4 milyar dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan
rekreasi; dan sektor ini menyumbang AUD$ 1,2 milyar terhadap GOP
(Pereira,2004).
Fakta lain juga menunjukkan bahwa olahraga memiliki kontribusi yang
signifikan pada upaya mengurangi pengangguran. Data di Inggris
menyebutkan bahwa kegiatan olahraga menyediakan lebih banyak lapangan
kerja dibanding industri mobil, pertanian, nelayan, dan industri
makanan.
2.3 Hubungan olahraga dengan hiburan
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga
mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport),
sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan
dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu
para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan
jasmani secara lebih konseptual.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan.
Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang
tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik.
Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun
elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir
dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga
semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang
menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan
tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara
tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang
terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah
disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki
beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya,
baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam
aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah
selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang
terlibat.
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif.
Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi,
sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata
bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi
olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata
bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain
maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau
tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana
dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas
jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani
bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk
mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun
keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk
gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan
jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat
rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga
olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya,
olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap
tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai
olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk
kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk
kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan
secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.
2.4 Hubungan olahraga dengan perdamaian dunia
International Olympic Committee (IOC) digelari status sebagai
pengawas oleh PBB dalam pelaksanaan Sidang Umumnya, hari ini (20/10).
Keputusan ini diambil sebagai langkah memberikan kontribusi kepada usaha
IOC untuk memenuhi Millennium Development Goals PBB. Dengan
menggunakan olahraga sebagai media, IOC dan rekan-rekannya telah
melaksanakan beragam aktivitas ke hampir penjuru dunia dalam berbagai
bidang seperti bantuan kemanusiaan, misi perdamaian, pendidikan,
persamaan gender, masalah lingkungan dan perlawanan terhadap HIV/AIDS.
Dengan gelar ini, IOC mempunyai wewenang untuk hadir dalam semua
Sidang Umum PBB dengan kapasitas sebagai pengawas yang bertugas untuk
memromosikan olahraga di berbagai tingkat. Daftar pengawas terpilih PBB
sangatlah eksklusif, di mana yang terpilih adalah organisasi yang
independen dan non pemerintahan seperti contoh Palang Merah.
“Ini merupakan pengakuan luar biasa akan peran olahraga yang bisa
memberikan kontribusi lebih baik pada perdamaian dunia”, kata Presiden
IOC, Jacques Rogge. “Nilai-nilai olympik jelas sekali mempunyai
persamaan dengan filosofi PBB. Keputusan hari ini mempererat hubungan
antara IOC dan PBB” tambahnya. IOC telah berjuang bersama dengan PBB
melalui anak-anak organisasinya dan asosiasi lain di seluruh dunia demi
kepentingan generasi muda dan komunitasnya.
Rogge berterima kasih pada Mario Pescante, Wakil Presiden IOC dan
Ketua Komisi Hubungan Internasional IOC, melalui pemerintahan Italia,
menyarankan proposal IOC sebagai pengawas kepada PBB. Atas nama nama
Presiden IOC, Mario Pescante yang tengah berada di New York, ditemani
oleh anggota IOC, Anita DeFrantz dan YM Pangeran Albert II Putra Mahkota
Monako yang mengepalai delegasi Monako pada Sidang Umum PBB, diberikan
kesempatan untuk menyampaikan pidatonyat: “Mengundang International
Olympic Committee untuk turut mengambil bagian pada kerja PBB, Sidang
Umum mengakui simbol Pergerakan (Movement) yang membela perkembangan
manusia secara ideal dan mempromosikan lingkungan yang damai, yang
mengacu pada pemeliharaan harga diri manusia.”
Sidang Umum PBB juga mengadopsi Olympic Truce Resolution dari
olimpiade musim dingin Vancouver 2010 dan paralympic Games, yang akan
dilaksanakan pada 12-18 Februari dan 12-21 Maret 2010. Melalui resolusi
ini, PBB mengundang para negara anggota untuk mengamati sekaligus
mempromosikan perdamaian pada sebelum, selama berlangsungnya dan setelah
event selesai sebagai usaha untuk melindungi kepentingan atlet serta
olahraga secara umum dan turut berkontribusi melalui olahraga untuk
mencari solusi damai dan diplomatis untuk konflik di dunia.
Dengan judul “Building a peaceful and better world through sport and
the Olympic ideal”, resolusi tersebut diperkenalkan ole Kanada atas nama
IOC. Dokumen tersebut juga mengacu pada Youth Olympic Games yang akan
diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tanggal 14-26 Agustus 2010 di
Singapura, dengan membawa tujuan untuk menginspirasi generasi muda di
seluruh dunia untuk mengadopsi dan hidup berdasarkan nilai-nilai
olympism.
Presiden IOC Jacques Rogge berkata: “Dukungan luas untuk resolusi ini
berbicara tidak hanya sebagai simbol nilai tapi juga untuk potensi
praktisnya. Hari ini IOC dan anak organisasinya mengambil tanggung jawab
dalam bentuk beragam inisiatif pada tingkat lokal, nasional, regional
dan dunia untuk mempromosikan dan memperkuat budaya perdamaian yang
berdasar pada semangat Olympic Truce – yang sering berkolaborasi dengan
anak organisasi PBB dan rekan-rekannya”.
Contoh luar biasa untuk proyek lokal yang berakar pada program
terbaru dari Panitia Penyelenggara Vancouver 2010 (VANOC), yang
bertujuan untuk memperluas nilai-nilai olympism seperti friendship dan
respect melalui undangan terbuka “Make Your Peace”. Diharapkan inisiatif
ini bisa mendorong individu untuk menciptakan perdamaian dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, sekolah, kerja dan dalam
komunitasnya yang berdasarkan ada perdamaian abadi dimulai dari tingkat
lokal.
2.5 Hubungan olahraga dengan suku
Suku adalah bagin dari sesuatu. Suku juga bisa setara dengan marga, seperti suku batak. Di Sumatera Barat, suku merupakan sebutan untuk bagian-bagian dari suku Minang seperti suku Sikumbang dan lain-lain. Hubungan olahraga dengan suku- suku adat yang berada di indonesia,juga bisa dipengaruhi oleh kebudayaannya.
Di Indonesia, saat ini masih terdapat beberapa macam olahraga
tradisional yang sudah turun- temurun dari nenek moyang kita. Sebagai
contoh adalah Gasing, egrang, gobak sodor dan masih banyak lagi. Kita
seharusnya melestarikan permainan atau olahraga tradisional tersebut
agar tidak habis dimakan zaman. Tiap daerah mempunyai cirri khas dalam
cara permainan diatas. Sehingga, jika kita bermain gasing di yogyakarta,
maka akan berbeda pula dengan permainan gasing di daerah Kalimantan.
2.6 Hubungan olahraga dengan agama
Seorang yang soleh pada zaman dahulu pernah berkata bahwa didalam
tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, dan di dalam jiwa yang kuat
terdapat iman yang mantap.jelas
sudah jika kita memiliki tubuh sehat kita akan mudah untuk memiliki iman
mantap,bagaimana kita bisa melaksanakan ibadah dengan sempurna jika
kita dalam keadaan sakit tentunya kualitas ibadah kita juga akan
berkurang . kesehatan itu sendiri dapat kita peroleh salah satunya
dengan berolah raga. maka sesungguhnya olah raga berperan sangat penting
bagi kita apalagi dalam melaksanakan ibadah sehari-hari.
Dalam berolahraga kita harus melaksanakan setiap gerakan dengan
tertib atau beraturan, agar tidak terjadi cidera atau keram otot pada
saat pelaksanaan.begitu juga pada saat kita melaksanakan ibadah kita
harus melaksanakannya dengan tertib agar ibadah kita sah/diterima oleh
Allah SWT.
Agama islam dan olahraga memiliki korelasi atau hubungan dengan
olahraga dikarenakan setiap olahraga selalu mengedapankan sportifitas
yang tak lain sangat berhubungan erat dengan kejujuran, kejujuran sangat
perlu ditanamkan dalam setiap insan olahraga demi menjaga citra sportif
dalam setiap pertandingan.Olahraga juga harus memilik insan-insan yang
bertakwa dan beriman dikarenakan semua kegiatan olahraga terutama
dicabang-cabang tertentu memerlukan kejujuran, selain kejujuran
diperlukan rasa tanggung jawab dalam setiap hal.Olahraga berkaitan
dengan ibadah karena kita berolahraga agar badan sehat dan jika bedan
sehat kita dapat menjalankan ibadah dengan baik, sehingga kita tidak
hanya memikirkan keadan jasmaniah saja tetapi juga rohaniah seperti kata
orang bijak “mensana in corporesano” yan artinya didalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang sehat.Dan
agma merupakan penyeimbang dari olahraga karena tidak mungkin kita
hanya memuaskan hasrat untuh berolahra tetapi agama digunakan untuk
memuaskan hasrat dalam mendekatkan diri kepa ALLAH SWT, sebagai tuhan
yang telah menciptakan kita yang telah memberikan badan yang sehat,
keterampilan dan kemampuan khusus sebagai penunjang kita dalam
berolahraga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar