Rabu, 20 Juli 2016

TIDAK SEMUDAH MENYUARAKAN JARGON UNTUK UNNES MENJADI UNIVERSITAS BERKELAS INTERNASIONAL.




TIDAK SEMUDAH MENYUARAKAN JARGON UNTUK UNNES MENJADI UNIVERSITAS BERKELAS INTERNASIONAL.



Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang baik,  baik yang miskin ataupun kaya. hal demikian juga sudah di atur dalam UUD 45.
Di Indonesia yang berstatus sebagai Negara yang berkembang baru 71 tahun di nyatakan menjadi Negara yang merdeka.
Begitupun dengan sistem pendidikan yang ada di Indonesia, sudah banyak perguruan tinggi yang berdiri baik itu yang swasta maupun yang negri . sehingga dengan adanya hal itu menjadikan semua masyarakat di Indonesia sudah tersedia tempat untuk bisa masuk dan belajar dalam perguruan tinggi. Namun sebagai perguruan tinggi tidak semuanya menyediakan biasiswa untuk orang- orang yang berprestasi atau orang yang tidak mampu terutama perguruan tinggi yang swasta yang kurang banyak menyediakan beasiswa. sedangkan perguruan tinggi yang negri sudah banyak tersedia beasiswa untuk mahasiswanya yang berprestasi atau kurang mampu.
Sesama perguruan tinggi pun saling bersaing untuk menjadi perguruan tinggi yang favorit dan bereputasi baik nasional maupun internasional, perguruan tinggi juga di tuntut untuk menghasilakan lulusan yang berkompeten di bidangnya.
Beberapa tahun terahir, berbagai perguruan tinggi di Indonesia berlomba-lomba menjadi universitas berkelas internasional. berbagai cara di lakukan untuk mencapai derajat tersebut. Dari pengiriman dosen ke luar negri, peningkatan publikasi internasional, penyelenggaraan konferensi internasional, hingga pembukaan kelas-kelas program ganda bagi para mahasiswanya. Beragam jargon pun di ciptakan sebagai penanda bahwa perguruan tinggi tersebut ingin mencapai derajat internasional tersebut. Terapi apa sesungguhnya makna dari universitas bertaraf internasional.
Apakah kriteria yang harus di capai untuk menjadi universitas bertaraf internasional tersebut?
Dalam buku berjudul The Challenge of establishing Word-class universities,  Jamil Salmi mengutip pendapat Alden dan Lin (2004) yang menyebut 24 kriteria kunci dari perguruan tinggi berkelas dunia. Seluruh kriteria kunci tersebut dapat saya klasifikasikan ke dalam lima bidang kriteria: penelitian dan pengajaran, kepegawaian dan kemahasiswaan, keuangan, manajemen dan perencanaan, serta kontribusi, jaringan, dan popularitas.
Pertama, kriteria dalam bidang penelitian dan pengajaran. Kriteria yang terdapat dalam bidang ini antara lain soal reputasi penelitian dan pengajaran. Perguruan tinggi tersebut harus memiliki reputasi di tingkat internasional dalam bidang pengajaran dan penelitian. Reputasi dalam bidang penelitian tercermin dalam produk-produk penelitian yang distinctive dan memiliki “nama” di bidangnya. Selain itu, ia mampu menghasilkan hasil-hasil penelitian dasar dan terapan yang kreatif dan inovatif. Yang lebih penting lagi, hasil penelitian tersebut diakui oleh dunia pengetahuan di bidangnya serta mampu meraih penghargaan di bidangnya. Untuk mencapai ini semua, perguruan tinggi tersebut harus mampu menyediakan atmosifir akademik yang kondusif, baik bagi tenaga pengajar, staf akademik, maupun para mahasiswa.
Kedua, untuk bidang kemahasiswaan dan kepegawaian, perguruan tinggi tersebut mampu merekrut calon-calon mahasiswa terbaik sekaligus mampu menghasilkan lulusan-lulusan terbaik di bidangnya. Tidak hanya calon mahasiswa terbaik, namun juga mampu merekrut calon-calon dosen dan staf akademik terbaik, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Di samping itu, perguruan tinggi tersebut harus memiliki jumlah mahasisiwa pascasarjana yang signifikan serta jumlah mahasiswa internasional dengan proporsi yang cukup tinggi. Selain itu, perguruan tinggi ini harus mampu menghasilkan alumni yang kelak menduduki jabatan dan peran penting di masyarakat, seperti menjadi presiden atau perdana menteri.
Ketiga, di bidang keuangan, perguruan tinggi tersebut memiliki basis keuangan yang kuat. Ini ditandai dengan kepemilikan dana abadi yang cukup besar serta penerimaan yang lebih untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan universitas. Selain itu, perguruan tinggi tersebut memiliki sumber keuangan yang beragam. Tidak hanya dari sumber-sumber pemerintah, namun juga perusahaan swasta, hasil-hasil penelitian, dan fee yang didapat dari mahasiswa internasional.
Keempat, dalam bidang manajemen dan perencanaan, perguruan tinggi tersebut memiliki manajemen yang handal. Ia memiliki “Tim Manajemen Kelas Satu” (a first-class management team) yang memiliki visi dan perencanaan implementasi yang strategis bagi pengembangan universitas.
Kelima, dalam bidang jaringan, popularitas serta kontribusi, perguruan tinggi tersebut dikenal tidak hanya oleh dunia pendidikan tingkat nasional, namun juga dunia pendidikan internasional. Hal ini ditandai dengan, misalnya, keterlibatan perguruan tinggi tersebut dalam event dan kegiatan di tingkat internasional dalam bentuk kerjasama penelitian internasional, pertukaran mahasiswa dan dosen, serta kunjungan pihak-pihak internasional yang memiliki reputasi akademik di bidangnya. Selain itu, universitas tersebut memiliki kontribusi yang signifikan bagi masyarakat, baik di level nasional maupun internasional. Yang juga penting adalah, unversitas tersebut juga memiliki sejarah prestasi akademik dan non akademik yang panjang. Universitas Oxford dan Cambridge di Inggris serta Universitas Harvard di Amerika Serikat adalah contohnya.
Dari kelima kelompok kriteria tersebut, kita bisa melihat bahwa reputasi internasioanal tidak hanya melulu dalam bidang pengajaran dan penelitian, namun juga dalam bidang manajemen dan perencanaan, keuangan, kepegawaian, kemahasiswaan, serta jaringan dan kontribusi kepada masyarakat. Apakah UNNES sudah memiliki hal-hal tersebut? Mungkin belum sepenuhnya. Tapi kita sedang menuju ke sana!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar