Sabtu, 14 Juni 2014

HUBUNGAN ANTARA OLAHRAGA DENGAN RASA NASIONALISME



Hubungan antara olahraga dengan rasa nasionalisme
Memang kita sebagai warga Negara harus memiliki rasa cinta dan bela Negara
Meskipun kita  di besarkan dan di didik dengan keberagaman tetapi tidak lain dan tidak bukan semua itu hanyalah untuk kemaslahatan ummat dan mencintai Indonesia ini
Indonesia  merupakan Negara terbesar ke 3  di dunia setelah cina, india baru Indonesia dengan populasi manusianya sekitar 250 juta jiwa
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki keunikan tersendiri ,terdiri dari ribuan pulau  dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah,jumlah penduduknya sangat besar  dengan keragaman suku bangsanya,iklim dan cuaca yang mendukung dengan letak geografis  dan geostrateginya begitulah Indonesia
Tentunya saya sendiri sebagai  salah satu mahasiswa di fakultas ilmu keolahragaan  yang mempunyai rasa nasionalisme dan rasa bela Negara yang tinggi
Semua bangsa mengakui bahwa olahraga merupakan salah satu unsur yang
berpengaruh dalam kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan dan kewajiban
dalam kegiatannya. Motto olahraga nasional yaitu “memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat”, merupakan konsep nasional untuk mewujudkan
secara nyata pembangunan manusia seutuhnyasekaligus menjadi konsep pendidikan
jasmani dan olahraga Indonesia. (Bastaman dalam Gunarsa 1989: 87).
 Nasionalisme adalah sebuah perasaan cinta yang
kuat dari seorang warga masyarakat kepada negara tempat dimana ia tinggal.
Nasionalisme membuat seseorang merasa memiliki bangsanya dan akan berusaha
sekuat tenaga untuk kemajuan bangsanya. Rasa cinta dan memiliki kepada bengsa
dan negaralah yang akan membuat seseorang merasa ringan dalam berbuat dan
berkorban Nasionalisme mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi siapapun,
terutama bagi para altlet yang berjuang dengan membawa nama negaranya. Melalui
nasionalisme, seorang atlet atau olah ragawan akan termotivasi untuk memberikan
yang terbaik bagi bangsa dan negaranya. Melalui nasionalisme pula, para atlet akan
meningkat mental bertandingnya yang pada akhirnya meningkatkan prestasi olahraga
dari suatu negara.

Harapannya nanti kedepannya lewat olahraga lah Indonesia akan lebih di kenal sebagai Negara yang maju dan tertunya biasa di pertimbangkan  karena sudah mempunyai bibit handal yang nantinya siap untuk tampil di pentas dunia.
Dan melalui sebuh bidang olahragalah nantinya kualitas orang Indonesia bisa di perhitungkan.

penulis:Nur Muhamad Tahajudin

Minggu, 08 Juni 2014

OLAHRAGA DAN POLITIK

A. OLAHRAGA

1. Pengertian Olahraga
Olahraga adalah aktivitas gerak manusia menurut teknik tertentu dalam pelaksanaannya ada unsur bermain : Ada rasa senang, Dilakukan waktu luang, Aktivitas dipilih (sukarela), Kepuasan dalam proses, Jika tidak dilaksanakan ada sanksi dan Nilai positif.
2. Jenis-Jenis Olahraga

- Olahraga Pendidikan
- Olahraga Prestasi
- Olahraga Rekreasi
- Olahraga Rehabilitasi
- Olahraga Kesehatan dan Kebugaran
- Olahraga Tradisional

3. Manfaat Olahraga
Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga metabolisme tubuh menjadi lancar sehingga distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih efektif dan efisien.

B. POLITIK

Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari sumber-sumber (resources) yang ada.


C. HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN POLITIK
Pengamanan peraturan publik, Pemerintah mengatur olahraga yang legal tik legal, bagaimana olahraga dirganisasi, siapa pemainnya, dimana kelompok olahraga itu dimainkan, siapa yang menggunakan fasilitas olahraga umum. Idealnya aturan ini melindungi individu dan kelompok. Pada olahraga komersial pemerintah mengatur hak dan kewajiban pemilik tim, sponsor, promosi dan atlit. Untuk mengatasi konflik pemerintah mengizinkan menggunakan fasilitas umum dan lapangan permainan, tapi melarang aktifitas olahraga ang berbahaya. Pemerintah membuat hukum dan kebijakan untuk pengamanan aturan umum dan public. Melibatkan polisi local dan militer untuk mengontrol keramaian dan individu yang mengancam keamanan.
Mempertahankan kesehatan dan kebugaran; pemerintah mempromosikan olahraga kesehatan dan kebugaran dengan mendanai program asuransi kesehatan dan sponsor olahraga.
Memperomosikan prestise dan kekuatan kelompok, kominiti dan negara keterlibatan pemerintah dalam olahraga mencari pengenalan dan prestise.
Mempromosikan rasa identitas, memiliki dan persatuan; Dengan olahraga orang-orang berpotensi bekerja sama dan menciptakan persatuan emosi di antara anggota kelompok, contohnnya sepak bola dunia, menciptakan persatuan meredam perbedaan ras, religi, bahasa, pendidikan dan inkam.
Reproduksi nilai-nilai dengan ideologi yang dominan; Pemerintah memiliki niat yang kuat mempertahankan ide kesuksesan berdasarkan disiplin kesetian, penentuan, dan kemampuan terus bekerja dalam tahap-tahap kerja keras dalam masa sulit
Meningkatkan dukungan pemimpin politik dan pemerintahan; Pemimpin politik berasumsi dengan mensponsori atau mempromosikan olahraga akan bermakna dan menyenangkan peningkatan legitimasi mereka di mata penduduk.
Mempromosikan pembangunan ekonomi; Dengan olahraga mereka punya kesempatan untuk mengadakan kerjasama untuk mecari lokasi baru untuk kantor mereka dan operasi mereka atau ofisial mempromosikan prosuk mereka yang dibuat oleh bisnis lokal.
Kesimpulan dan kualifikasi ; isu kritis dan keterlibatan pemerintah pada olahraga; kebijakan pemerintah hanya terkesan pada orang tangguh dan kaya, kebijakan juga dipengaruhi oleh perebutan kekuasaan antar kelompok dan masyarakat.
a. Olahraga Dan Proses Politik Global

1. Olahraga internasional: Ideal bertentangan dengan kenyataan

Pencapaian perdamaian dan persahabatan antar negara terjadi pada olahraga internasional yang ideal. Itu ditekankan oleh Baron Pierre tidak Coubertin pendiri pertandinagn olimpiade modern 1896, dan banyak yang lainnya. Harapan bahwa olahraga akan dilakukan sebagai berikut:

• Bentuk komunikasi terbuka antara orang dan para pemimpin dari banyak negara.
• Acara penting membagi bersama minat antar orang dari budaya dan negara yang berbeda
• Tunjukkan hubungan internasional ramah itu bersifat mungkin.
• Bantu perkembnagn pemahaman bu7daya yang diperlukan ke hapuskan pemakaian klise internasional
• Menciptakan suatu model untuk budaya, ekonomi, dan batasan hubungan nasional ke seberang politis
• Tetapkan hubungan aktif kerja bahwa kembangkan para pemimpin di dalam muncul negara dan dapat digunakan dalam usaha-usaha untuk menutup kesenjangan; celah; jurang antar negara kaya dan negara lebih miskin.
Olahraga internasional pasti punya dampak dalam dunia diplomasi, meski, telah mempromosikan bermacam tingkat diplomasi publik. Dengan kata lain, bila ini muncul pada isu-isu serius tentang minat nasional yang vital, olahraga tidak berdampak politik, ofisial pemerintah tidak menggunakan olahraga pada negosiasi tentang kebijakan nasional dan internasional. Akan tetapi bila ini pada ekspresi publik tentang kebersamaan, seperti pertukaran budaya dan komunikasi umum diantara ofisial dari berbagai negara, olahraga menjadi penting delam beberapa hal.
2. Negara, olahraga, dan ideology budaya; olahraga telah digunakan untuk mempromosikan ide-ide dan orientasi yang sesuai dengan minat dari negara-negara kaya dan kuat di dunia. Partisipasi even olahraga internasional sering bermakna bahwa negara lemah harus mencari negara tangguh disebut adikuasa untuk bimbingan dan sumber daya. Inilah yang membuat orang di negara miskin meningkatkan permainan tradisionalmerqaka dan mempfokuskan perhatian mereka pada olahraga yang tidak berhubungan dengan nilai-nilai den pengalaman meeka sendiri. Secara umum, jika mereka ingin bermain, mereka harus sepakat dengan kndisi yang ditentukan oleh orang-orang di negara tangguh.

Idealnnya, olahraga sebagai sarana untuk pertukaran budaya dari berbagai negara berbagi informasi dan mengembangkan pemahaman budaya timbal balik. Ini berarti olahraga sering menjadi barang ekspor budaya dari negara kaya menyatukan dengan hidup sehari-hari orang di negara lain.
3. Refleksi olahraga; Olimpiade dan Olympic Games apakah keduanya istimewa? Olimpiade adalah suatu filsfat hidup, mengagungkan dan mengkombinasi suatu keseluruhan yang seimbang, kualitas tuuh, akal dan pikiran. Mencampur olahraga dengan kultur dan pendidikan. Olympism mencari untuk menciptakan suatu jalan hidup berdasar pada kegembiraan menemukan dalam usaha, nilai bidang pendidikan dari contoh dan rasa hormat yang baik untuk prinsip etis pokok uang universal.
4. Realita politik baru di era Transnasional badan hokum; Saat ini olahraga internasional lebih didominasi oleh badan hokum transnasional yang kuat dan besar untuk mendapatkan tayangan komersial,sebagian dari ekonomi terbesar disunia adalah badan hukum bukan negara karena negara meningkatkan membatasi perdagangan mengurangi tariff dan menghilangkan peraturan internal untuk mempromosikan pengembangan kapitalis mereka badan hokum transnasional menjadi pemain yang kuat pada politik global. Banyak dari mereka menjadi lebih kuat di bidang ekonomi disbanding negara. Ahli ekonomi yang mempunyai kentungan lebih besar.
5. Isu politik global lain; olahraga meningkatkan jumlah atlit sebagai pekrja migrant global. Artinya, meningkatkan isu politik baru. Isu politik global yang lain adalah berhubungan dengan produksi barang-barang olahraga seperti perlengkapan dan pakaian olah raga.
6. Mengenal realita politik terkini; apakah olahraga merupakan proses globalisasi umum? Muncul bersamaan pada kombinasi yang banyak dari ragam olahraga apakah kita menyaksiskan modernisasi olahraga? Penting sekali memahami kecendrungan global dan ekspresi lokal dan jawaban terhadap kecendrungan itu.
b. Politik Dalam Olahraga
Politik adalah satu bagian internal dari organisasi olahraga lokal, nasional, dan internasional dikenal sebagai tubuh-tubuh pengaturan. Konflik sering muncul ketika orang-orang berhubungan dengan pertanyaan sebaga berikut:
- Apa persyaratan sebagai olahraga?; jika orang dari negara dengan budaya tradisional ingin berpatisipasi dalam olimpiade, mereka harus belajar memainkan aktifitas dan permainan popular negara kaya dan makmur, sehingga merka bergantung pada orang dan organisasi negara kaya. Atlit harus dapat pengntrolan dari universitas.
- Apa peranan olahraga?; sebagai konstruksi sosial dalam menciptakan interaksi satu sama lainnya dan mengenal hambatan fisik dilingkungan dan budaya.
- Siapa yang berperan mengatur olah raga?; badan pemerintah dan sponsor.
- Selain itu juga ada beberapa pertanyaan lain seperti: siapa yang mengontrol olahraga, games, pertemuan, pertandingan, tournament, waktu. Dimana event diadakan, penanggung jawab serta hadiah yang akan didistribusikan pada atlet.

c. Olahraga dan Proses Politik Global
- Olahraga internasional: Ideal bertentangan dengan kenyataan
- Negara, olahraga, dan deologi
- Refleksi olahraga; Olimpiade dan Olimpic Games apakah kesuannya istimewa?
- Realita politik baru di era Transnasional badan hokum
- Isu olitik global yang lain.
- Mengenal realita politik terkini
Empat isu utama berkaitan dengan olahraga: (1) Alasan pemerintah melibatkan sponsor dan mengndalikan olahraga, (2) Bagaimana olahraga ada hubungan keluarga dengan proses politis penting, terutama di tingkat global, (3) Peran pertandingan Olimpiade dalam politij global dan kultur glbal, (4) Proses politis yang terjadi dalam organisasi olahraga dan olahraga.
Kekuasaan adalah konsep utama dalam politik mengacu pada satu kemampuan untuk mempengaruhi yang lain dalam mencapai sasaran, bahkan di wajag oposisi lainnya . Otoritas adalah suatu wujud kekuasaan status yang dikenal dalam satu organisasi seperti pada IOC, FIFA, dan NCAA.
d. Sosiologi Olahraga Terhadap Politik
Politik adalah lembaga lain dalam masyarakat kita yang dihubungkan dengan olahraga. Berbagai teori (lihat di bawah) mengusulkan bagaimana olahraga dan politik setiap penggunaan lainnya. Meskipun negara-negara menggunakan olahraga untuk meningkatkan citra mereka dan kekuasaan atau bahwa pemimpin mereka, olahraga juga telah digunakan sebagai pendamai. Goodwill Games, misalnya, melayani tujuan ini, dan para pemimpin dunia telah menggunakan olahraga peserta untuk terlibat dalam tantangan bersahabat dengan atlet dari negara lain sebagai sarana komunikasi dalam proses negosiasi.
Layar bendera dan lagu kebangsaan memainkan telah mengangkat kontroversi di kompetisi internasional Olimpiade dan lainnya, karena penafsiran yang menampilkan seperti mempromosikan ideologi politik. Olahraga memang menawarkan pengaturan untuk kebanggaan nasional dan kesatuan dalam masyarakat kita tapi pada saat yang sama menimbulkan pertanyaan tentang isu-isu kekuasaan, khususnya dalam hal pemilihan atlet untuk kompetisi internasional dan kontrol peristiwa olahraga.
e. Kaitan antara Olahraga dengan Politik
Ketika pada Piala Dunia 1990 Maradona diangkat oleh Presiden Menem sebagai duta resmi Argentina, maka sang legenda sepak bola Argentina itu menjadi symbol konkret identifikasi antara olahraga dan politik. Pertalian erat antara olahraga dan politik bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan, bukan hanya dengan politik. Sebab olahraga memiliki multimakna; sosial, ekonomi, politik atau ideologi, dan kesehatan.
Diktator Adolf Hitler juga pernah memanfaatkan Federasi Sepak Bola (DFB) untuk propaganda politik Nazi. Dia mengatakan, ”Orang besar adalah pelari marathon sejarah”. Diktator lainnya, Bennito Mussolini, merasa penting dirinya ditampilkan dalam pose-pose olahraga, seperti sedang bermain anggar, tenis, atau naik kuda. Sebab, menyitir I Bambang Sugiarto (2000), bagi Mussolini, seorang politikus sejati haruslah serentak merupakan simbol kejantanan sportif. Sedangkan bagi kaum sosialis, olahraga adalah manifestasi penting semangat ideal kolektivisme yang rasional dan higienis.
Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna itu.
Tulisan ini memfokuskan diri pada sepakbola, dengan lebih menitikberatkan pada politik, terutama politik demokratik. Artinya, sepakbola bukan sekadar olahraga, melainkan telah lama menjadi alat politik sekaligus inspirasi dan pembelajaran dalam berpolitik. Dengan kata lain, sepakbola dalam perkembangannya bukan hanya sebagai alat politik atau legitimasi politik kekuasaan –seperti diktator Franco di Spanyol yang konon pernah memanfaatkan klub sepak bola Real Madrid sebagai alat legitimasi kekuasaannya, Mussolini pada Piala Dunia 1934 yang memaksakan Piala Dunia harus dilaksanakan di Italia dan klubnya harus ‘menang atau mati’, atau seperti Hitler di atas– tetapi juga sebagai media pembelajaran politik demokratik, terutama yang bertalian dengan politisi dan konstituennya.
f. Sepakbola dan Demokrasi
Bila dilihat lebih dalam, sepakbola memang mengajarkan banyak hal tentang politik, strategi memenangkan pertarungan politik, dan keterlibatan publik di dalamnya, atau yang biasa disebut demokrasi. Dalam demokrasi, yang didahulukan adalah kepentingan umum atau kepentingan bersama, kemudian barulah kepentingan pribadi atau kelompok. Tujuan utama demokrasi adalah menciptakan ruang bagi terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Demikian juga dalam sepakbola, sebagai sebuah permainan tim. Dalam sepakbola, yang diutamakan adalah kebersamaan sebagai sebuah tim, setelah itu pribadi. Pertandingan sepakbola antar bangsa, misalnya, yang didahulukan adalah kepentingan dan kehormatan bangsa dan negara, kemudian baru kepentingan pribadi atau klub. Apabila dalam politik, partai politik adalah arena atau lapangan politik milik rakyat dalam membangun demokrasi, maka dalam sepakbola, lapangan hijau menjadi “lapangan politik” milik rakyat untuk membangun kepentingan bersama. Dalam hal ini, sepakbola dapat mengajarkan bagaimana seharusnya sebuah pementasan arena politik partai dan para pendukungnya dalam menjalankan tugas politiknya, yakni fair play.

g. Koneksi Olahraga- Pemerintah
Oleh karena olahraga merupakan suatu kemewahan dan mahal, keterlibatan pemerintah sangat diperlukan serta sponsor,organisasi, dan semua fasilitas. Keterlibatan ini juga perlu diatur dan dikendalikan oleh suatu agen yang ,andiri dan menunjukkan minat semua public. Tujuh pertimbangan keterlibatan pemerintah (Houlihan, 1991, 1997, 2000): (1) Untuk melindungi orser public, (2) untuk memelihara kesehatan dan kebugaran antar para warganegara, (3) untuk mempromosikan gengsi dan kekuasaan sutu kelompok, masyarakat, atau bangsa, (4) untuk mempromosikan suatu pengertian odentitas, termasuk kesatuan antar para warganegara, (5) reproduksi nilai-nilai konsisten dengan ideology dominan di masyarakat. (6) meningkatkan dukungan kepada pemimpin politik dan pemrintah, dan (7) mempromosikan pembangunan ekonomi di masyarakat.
Melindungi Order Publik
Pemerintah sering membuat hokum olahraga tidak sah, bagaimana olahraga harus tertata, yang punya peluang berolahraga, dimana olahraga tertentu bias dimainkan, dan siapa yang dapat menggunakan sarana olahraga public pada waktu tertentu. Idealnya, aturan-aturan ini melindungi individu dan kelompok yang bertikai dalam berolahraga. Dalam kasus olahraga komersil, pemerintah boleh mengatur hak-hak dan tugas-tugas pemilik regu, sponsor, penyelenggara, dan atlit.
Pemeliharaan Kesehatan dan Kebugaran
Pemerintah juga sudah melibatkan dalam olahraga mempromosikan kesehatan dan kebugaran antar para warganegara. Sebagai contoh, pembiayaan asuransi kesehatan. Banyak orang percaya bahwa keikutsertaan olahraga memperbaiki kebugaran, kebugaran memperbaiki kesehatan, dan kesehatan baik mengurangi biaya-biaya medis. Kepercayaan ini tetap pada tuntutan berikut( Howel an Ingham, 2001; Howell et al, 2002; Nixon, 2000; waddingtn, 2000):
Mempromosikan Prestise dan Power Kelompok, Masyarakat, atau Negara
Keterlibatan pemerintah dalam olahraga sering termotivasi oleh mencari pengenalan dan gengsi. Hal ini terjadi di local, nasional, dan bahkan tingkatan-tingkatan global. Pejabat menggunakan olahraga onternasional untuk menetapkan hal kekuasaan bangsa mereka memenangkan medali, gambaran mereka nasional ditingkatkan di seluruh dunia.
Meniru Nilai-Nilai Konsisten dengan Ideologi Yang Dominan
Pemerintah juga dilibatkan dalam olahraga untuk mempromosikan niali-nilai dan gagasan-gagasan tertentu antar para warganegara. Sebagai contoh, pemerintah secara umu punya kepentingan yang kuat dalam memelihara gaasan sukses didasarkan displin, kesetian, penentuan, dan kemampua untuk nafkaf bekerja di wajah kesukaran dan waktu tidak baik. Olahraga, terutama kelas dunia dan olahraga pilihan kompetitif, telah digunakan.
Olahraga adalah satu alat penting untuk membayangkan kedudukan Negara meredeka. Ini merupakan suatu forum smpurna untuk membangun identitas. Pemerintah juga tertarik akan manfaat ekonomi jangka panjang menjadi tuan rumah kejadian.
Kesimpulan dan kualifikasi: Isu-isu dan pengembangan pemerintah politis Global
Keterlibatan pemerintah dalam olahraga biasanya mencerminkan minat dari sebagian orang lebih dari yang lain. Mereka bermanfaat bagi kebanyakan cenderung menjadi orang-orang mampu mempengaruhi penentu kebijaksanaan. Hal ini tidak berarti bahwa kebijakan pemerintah hanya mencerminka minat orang-orang tangguh dan kaya, tetapi juga kebijakan dipengaruhi oleh kuasa berjuang antar kelompok dalam suatu masyarakat.
h. Proses Olahraga dan Politis Global
Olahraga Internasional: Idaman-idaman melawan kenyataan
Meraih damai dan persahabatan antar Negara-negara mempunyai suatu olahraga dasar idaman longstanding internasional. Ditekankan oleh Baron Pierre tidak Coubertin, pendiri dari pertandingan Olimpiade modern dala 1896, dan oleh banyak yang lainnya sejak itu.
Harapan mempunyai bahwa olahraga-olahraga akan melakukan berbagai hal berikut:
1. Bentuk komunikasi terbuka antara orang-orang dan para pemimpindari banyak Negara.
2. Acara penting membagi bersama minat antar orang-orang dari kultur-kultur dan Negara-negara yang berbeda.
3. Tunjukkan hubungan-hubungan yang internasional rahmah itu bersifat mungkin
4. Bantu perkembangan pemahaman budaya yang diperlukan ke hapuskan pemakaian klise nasional.
5. Buat suatu model untuk budaya, ekonomi, dan batasan hubungan nasonal keseberang politis
6. Tetapkan hubungan-hubungan aktip kerja bahwa dikembangkan para pemimpin didalam Negara-negara dan dapat di gunakan dalam usaha-usaha untuk menutup kesenjangan, celah, jurang antara Negara-negara yang kaya dan Negara-negara miskin.

D. PENGARUH SOSIOLOGI OLAHRAGA TERHADAP POLITIK
1. Pengaruh Positif Sosiologi Olahraga terhadap Politik
Perserikatan bangsa-bangsa di dunia telah ikut tergabung dalam upaya menciptakan perdamaian dunia. Para pemimpin dunia telah bisa saling melakukan proses negosiasi dan komunikasi yang berkaitan dengan masalah olahraga. Seperti contohnya, hubungan yang baik antar Negara juga dapat diciptakan dengan menggelar pesta olahraga di penjuru dunia. Intinya, dengan mensosialisasikan olahraga dalam kehidupan plotik, baik luar negeri maupun dalam negeri, akan berdampak baik pada kehidupan politik dunia, Negara khususnya.
2. Pengaruh Negatif Sosiologi Olahraga terhadap Politik
Tidak sedikit terjadi provokasi dalam dunia olahraga yang disebabkan urusan politik. Salah satunya bisa kita lihat dari kasus suap wisma atlet yang merugikan Negara miliaran bahkan triliunan rupiah. Sarana dan prasarana yang seharusnya dipersiapkan sepenuhnya untuk tempat tinggal atau latihan atlet, malah dijadikan ajang untuk korupsi. Beberapa orang telah bergelut di dalam proyek tersebut. Sesungguhnya olahraga mampu membentuk rasa kekeluargaan sesama warga Negara maupun dengan Negara lain, namun juga bisa menimbulkan efek negative seperti yang diungkapkan diatas.

PENGARUH POLITIK TERHADAP OLAHRAGA


A.   Pengertian politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagaidefinisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
  • politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
  • politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
  • politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
  • politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
"Politik" mungkin mempunyai maksud pejoratif, terutama sekali apabila digunakan di dalam kerja kerja dalaman sesebuah institusi. Dengan mengatakan sesuatu keputusan dibuat atas dasar politik akan memberi gambaran bahawa keputusan tersebut dipengaruhi oleh kepentingan runcit daripada objektif atau kebaikan bersama.
Politik merupakan satu cara untuk manusia mengkordinasi tindakan seseorang untuk kebaikan bersama (atau kebaikan individu). Apa yang membezakan politik dengan etika dan sosial ialah didalam politik terdapat banyak persoalan berdebat ( debated questions ). Kebanyakan ahli teori berpendapat untuk menjadi politik, sesuatu proses itu perlu menggunakan sedikit kekerasan kerana politik mempunyai hubungan rapat dengan konflik.
Memenangi suatu konflik politik bermaksud merampas kuasa dari satu kumpulan atau entiti dan memberikannya kepada kumpulan lain. Ramai akan bersetuju konflik politik boleh dengan mudahnya tumbang menjadi "zero-sum game", dimana tiada yang dipelajari atau diselesaikan, melain menentukan "siapa menang, siapa tewas":
Lenin berkata politik ialah siapa yang boleh lakukan apa kepada siapa ( Who could do what to whom ). Manakala, seorang ahli sains politik, Harold Lasswell pula berkata politik adalah siapa yang dapat apa, bila dan bagaimana ( who gets what, when and how ).
BAB II
Pembahasan
A.   Pengaruh Politik Terhadap Olahraga
Perkembangan olahraga nasional tidak dapat di pisahkan dari kecenderungan perkembangan olahraga pada tingkat global, terutama pengaruh dari gerakan Olympiade sebagai sebuah idealisme, yang sedemikian kuat dalam memberikan arah, isi dan pengorganisasian kegiatan olahraga pada umumnya. Di pihak lain perkembangan olahraga itu sendiri, sepeti halnya perkembangan Olympiade di pengaruhi oleh perubahan yang berlangsung dalam lingkungan makro politik. Olahraga yang pada dasarnya merupakan kegitan yang semata-mata kesenangan belaka, olahraga beralih menjadi upaya yang dikelola secara sungguh-sungguh, atau dari kelihatan yang di anggap amat remeh, yang hanya di lihat sebelah mata oleh pemerintah, menjadi sebuah kebijakan global yang memerlukan perhatian dari Presiden, Perdana Menteri, dan Raja. Keseluruhan perubahan itu merupakan konsekuensi dari perubahan kehidupan manusia yang diterpa oleh perubahan dan lingkungan hidup.
Sejak awal kebangkitan Olympiade modern 1896 di Athena, gerakan Olympiade (Olympic Movement) mencanangkan bahwa Olympiade mengemban misi untuk menyebarluaskan isme, sebuah idealisme yang mengandung pesan perdamaian, kebebasan dan persaudaraan sebagai landasan tatanan dunia baru, termasuk membina manusia menuju kesempurnaan, seperti terkandung dalam motto, citius, altius, fortius.  
Tidak dipungkiri, gerakan Olympiade secara nyata berpengaruh kuat terhadap penyebarluasan kultur olahraga, dan sekaligus memberikan arah terhadap tujuan pembinaan, isi kegiatan dan bahkan cara mengorganisasinya. Tanpa kita sadari pula, akses dari Olympiade itu sendiri adalah lenyapnya eksistensi permainan. Pada awalnya, kegitan Olympiade bersifat mundial tersebut, yang diklaim sebagai langkah paling dini dalam penciptaan globalisasi olahraga, hanya di ikuti oleh kelompok ekslusif dari kalangan bangsawan. Memasuki tahun 1920  mulai meluas, di ikuti oleh kalayak luas, meskipun masih amat terbatas, sementara pada tahun 1950 berbarengan dengan meletusnya perang dingin, konflik dalam komteks geo politik yang dipicu oleh perang ideology-komunis dan demokrasi tidak terelakan, olahraga merupakanbagian dari suatu sistem polotik, dan untuk negara-negara sosialis, merupakan alat propaganda bagi keberhasilan tatanan masyarakt sosialis.
a.    Pengaruh Politik Terhadap Olahraga di Indonesia
Untuk kasus Indonesia, semakin nyata, bagaimana efek adri sistem politik dan pengaruh ekonomi terhadap pendidikan jasmni dan olahraga. Tulisan sie swan po (1973) dalam kongres ICPHER di Bali, Social and plitical aspect of physical Education and Sports in the Frame Work of Indonesia National develoment sangat membantu kita untuk memahami kebijakan pembinaan olahraga nasional. Sejak proklamasi 1945, pendidikan jasmani dan olahraga memperoleh tempat dalam masyarakat dan kehidupan nasional namun pasang surut pendidikan jasmani dan olahraga ini sangat di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang berbeda-beda.
Selama perjuangan kemerdekaan, pendidikan jasmani dan olahraga diarahkan untuk membentuk pemuda-pemuda militan dengan semangat nasionalistik untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan indonesia. Pada massa itu, pendidikan jasmani dan olahraga di pandang berkemampuan untuk membentuk prilaku berdisiplin guna mendukung perjuangan nasional. Olahraga juga di pandang mampu memperkukuh integrasi bangsa, kesatuan dan persatuan, pandangan inilah yang selanjutnya mendorong terselenggaranya PON I, 1947 di Solo.
Pada tahun 1947, ketika sejumlah negara asia masih berjuang untuk merebut kemerdekaannya, Indonesia termasuk negara yang mendukung gagasan untuk diadakan pertandingan olahraga diantara bangsa-bangsa asia. Gagasan ini dicetuskan dalam Conference on Asian Relation tahun 1947 di New Delhi yang hasilnya yaitu di setujuinya Asian Games I di selenggarakan pada tahun 1951 di New Delhi.  
Pada saat ini olahraga sering di libatkan dalam kancah politik di indonesia, dapat terlihat pada saat pemilihan perwakilan rakyat, banyak terdapat kampanye-kampanye yang secara langsung terlibat dalam olahraga seperti pemberian sepanduk perlengkapan alat olahraga yang tak lain bertujuan untuk kepentingan politik.
Sering kita jumpai di kota-kota di Indonesia termasuk juga ibu kota negara masih banyak terdapat kenakalan-kenakalan remaja, dan tauran tingkat pelajar yang terasa tiada hentinya, untuk mengatasi permasalah tersebut pemerintah harus berperan aktif, salah satu kebijakan politik pemerintah untuk mengurangi kenakalan remaja dan tauran antar pelajar adalah didirikannya bangunan-bangunan sarana olahraga, dengan didirikannya serana tersebut sangat berperan aktif dalam mengurangi kenakalan remaja. Dalam permasalahan diatas secara tidak langsung olahraga sudah beperan aktif dalam politik.   
b.    Kelekatan Olahraga dan Politik
Sejak lama ada usaha untuk menceraikan kegiatan olahraga, terutama Olimpiade, dengan politik. Tapi, upaya itu selalu gagal. Kalau saja dunia mau jujur, sebenarnya keterkaitan antara keduanya sudah terpatri dalam peraturan penyelenggaraan Olimpiade itu sendiri.Ambil saja pengibaran bendera dan pengumandangan lagu kebangsaan negara asal atlet pemenang salah satu cabang olahraga sebagai contoh. Itu saja sudah menunjukkan tentang bagaimana olahraga sudah terpolusi oleh politik. Sejarah telah beberapa kali merekam tentang intervensi politik terhadap ajang yang sebenarnya dimaksudkan untuk memupuk sportivitas dan persahabatan antarnegara dan bangsa ini.
Contoh klasik terjadi pada Olimpiade 1936 di Berlin, ketika faham Nazi Jerman tengah berada di puncaknya. Jesse Owens, pelari berkulit hitam AS yang sebelum pesta olahraga itu dibuka sudah dihina media Jerman, tiba-tiba saja merebut tak kurang dari empat medali emas. Dan, itu dilakukannya di depan mata Hitler, gembong konsep tentang supremasi bangsa Aria.Pada 1968, pada upacara menghormati pemenang, dua atlet kulit hitam AS mengacungkan tinju sebagai protes atas diskriminasi rasial di negara mereka. Orang juga tak melupakan kejadian berdarah pada Olimpiade 1972 di Muenchen, ketika para pejuang radikal Palestina menyandera dan kemudian membunuh 11 atlet Israel. Itu adalah upaya menarik perhatian dunia akan nasib bangsa Palestina yang tergusur dari tanah leluhur mereka.
Pada Olimpiade 1980 di Moskow, AS dan negara-negara Barat memutuskan tak hadir sebagai protes atas penyerbuan Uni Soviet terhadap Afganistan. Empat tahun kemudian, Uni Soviet dan sekutunya membalas boikot itu dengan tak hadir pada Olimpiade 1984 di Los Angeles. Aksi Uni Soviet diikuti oleh negara-negara satelitnya di Eropa Timur. Akibatnya, Olimpiade 1984 berjalan hambar. Maklumlah, negara-negara sosialis di masa itu merupakan gudang atlet kelas dunia.
Dari semua kejadian yang dibeberkan di atas, Olimpiade Beijing 2008 yang akan dimulai dalam sepekan ini merupakan puncak dari keterkaitan antara olahraga dan politik. Sejak jauh hari sebelum dimulai, ia telah dikotori faktor politik. Protes warga Tibet ternyata tidak terbatas di Tibet, tapi menyebar ke seluruh pemukiman mereka di seluruh China dan di negara-negara lain. Unjuk rasa mereka juga didukung para aktivis LSM internasional.
Buat China sendiri, Olimpiade Beijing 2008 memiliki arti penting yang nuansa politiknya sangat tebal. Ketika mendiang Mao Zedong memproklamasikan berdirinya RRC sebagai sebuah negara itu pada 1 Oktober 1949, antara lain ia mengatakan, "Bangsa kita tidak lagi akan jadi obyek pemerasan, penghinaan, dan pembudakan dari bangsa lain." Sejak saat itu, RRC selalu berjuang menempatkan dirinya pada posisi terhormat di pentas dunia.
Tapi, selama hampir 50 tahun (1945-1990), Mao selalu berada di bawah bayang-bayang Uni Soviet dan AS, sebagai dua aktor utama di panggung Perang Dingin. Mao telah mencoba melepaskan diri dari bayang-bayang kedua adikuasa dan berperan sebagai kekuatan ketiga dengan cara menghimpun kekuatan negara-negara berkembang. Toh, usaha itu tak banyak mendatangkan sukses.
Sukses Beijing sebagai salah satu pelaku yang turut menentukan corak dunia justru diraih setelah mendiang Deng Xiaoping mengambil langkah berani. Ia berbalik 180 derajat dengan meninggalkan prinsip-prinsip Maois dan mengadopsi model pembangunan kapitalistik. Hasilnya adalah perkembangan ekonomi di atas 8% per tahun dan telah menempatkannya sejajar dengan negara-negara kapitalis dunia.
Sejarah China selama sekitar satu abad antara 1838, yakni dimulainya intervensi dan intrusi kolonialisme dan imperialisme Barat, sampai 1949 ketika RRC berdiri, dipenuhi perasaan sebagai bangsa tertindas dan terhina. Hampir semua kekuatan dunia memiliki konsesi di China dan tak mengherankan jika Bapak Republik Dr Sun Yat-sen mengatakan bahwa nasib bangsa China lebih buruk dari bangsa lain karena ia dijajah banyak negara. Tak mengherankan pula jika para sejarawan Marxis di China menyebut masa selama satu abad itu sebagai abad humiliasi (penghinaan) nasional.
Karena itu, penyelenggaraan Olimpiade di Beijing tak dapat dipisahkan dari sejarah humiliasi, sukses pembangunan ekonomi, dan kebangkitan nasional bangsa China. Olimpaide Beijing 2008 adalah sebuah lambang tentang keberhasilan China yang telah bangkit kembali dari posisi terhina selama satu abad dan berhasil menempatkan diri sebagai aktor yang perannya sejajar dengan negara-negara besar lain.
Olimpiade Beijing juga merupakan lambang balas dendam China atas satu abad penghinaan yang dilakukan bangsa-bangsa Barat dan Jepang terhadap bangsa dan negara China.
Oleh karena itu, RRC tak akan membiarkan anasir sekecil apapun yang berasal dari dalam maupun luar negeri yang ditengarai akan mengganggu keberhasilan penyelenggaraan pesta olahraga dunia itu.
Kesimpulan
Olahraga tidak tumbuh dan berkembang di ruang yang vacum. Akan tetapi faktor budaya, ekonomi dan politik  juga sangat mempengaruhi perkembangan olahraga itu sendiri, ketiga faktor ini sangat mempengaruhi bukan saja yang ingin di capai, akan tetapi isi dan cara mengorganisasi kegiatan tersebut. Pengalaman negara-negara lain menunjukan bahwa pasang surut olahraga d pengaruhi fsktor politik, sehingga terjadinya kemerosotan prestasi. Dapat diartikan bahwa olahraga tidak boleh untuk di jadikan tempat ajang berpolitik yang bukan untuk keuntungan olahraga tersbut,.

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN POLITIK, EKONOMI, HIBURAN, PERDAMAIAN DUNIA, SUKU, DAN AGAMA

2.1             Hubungan olahraga dengan politik
Ketika pada Piala Dunia 1990 Maradona diangkat oleh Presiden Menem sebagai duta resmi Argentina, maka sang legenda sepak bola Argentina itu menjadi symbol konkret identifikasi antara olahraga dan politik. Pertalian erat antara  olahraga dan politik bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan, bukan hanya dengan  politik. Sebab olahraga memiliki multimakna; sosial, ekonomi, politik atau ideologi, dan kesehatan.
Diktator Adolf Hitler juga pernah memanfaatkan Federasi Sepak Bola (DFB) untuk  propaganda politik Nazi. Dia mengatakan, ”Orang besar adalah pelari marathon sejarah”. Diktator lainnya, Bennito Mussolini, merasa penting dirinya ditampilkan dalam pose-pose olahraga, seperti sedang bermain anggar, tenis, atau naik kuda. Sebab, menyitir I Bambang Sugiarto (2000), bagi Mussolini, seorang politikus sejati haruslah serentak merupakan simbol kejantanan sportif. Sedangkan bagi kaum sosialis, olahraga adalah manifestasi penting semangat ideal kolektivisme yang rasional dan higienis.
Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna itu.
Tulisan ini memfokuskan diri pada sepakbola, dengan lebih menitikberatkan pada politik, terutama politik demokratik. Artinya, sepakbola bukan sekadar olahraga, melainkan telah lama menjadi alat politik sekaligus inspirasi dan pembelajaran dalam berpolitik. Dengan kata lain, sepakbola dalam perkembangannya bukan hanya sebagai alat politik atau legitimasi politik kekuasaan –seperti diktator Franco di Spanyol yang konon pernah memanfaatkan klub sepak bola Real Madrid sebagai alat legitimasi kekuasaannya, Mussolini pada Piala Dunia 1934 yang memaksakan Piala Dunia harus dilaksanakan di Italia dan klubnya harus ‘menang atau mati’, atau seperti Hitler di atas– tetapi juga sebagai media pembelajaran politik demokratik, terutama yang bertalian dengan politisi dan konstituennya.
Sepakbola dan demokrasi
Bila dilihat lebih dalam, sepakbola memang mengajarkan banyak hal tentang politik, strategi memenangkan pertarungan politik, dan keterlibatan publik di dalamnya, atau yang biasa disebut demokrasi. Dalam demokrasi, yang didahulukan adalah kepentingan umum atau kepentingan bersama, kemudian barulah kepentingan pribadi atau kelompok. Tujuan utama demokrasi adalah menciptakan ruang bagi terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Demikian juga dalam sepakbola, sebagai sebuah permainan tim. Dalam sepakbola, yang diutamakan adalah kebersamaan sebagai sebuah tim, setelah itu pribadi. Pertandingan sepakbola antar bangsa, misalnya, yang didahulukan adalah kepentingan dan kehormatan bangsa dan negara, kemudian baru kepentingan pribadi atau klub. Apabila dalam politik, partai politik adalah arena atau lapangan politik milik rakyat dalam membangun demokrasi, maka dalam sepakbola, lapangan hijau menjadi “lapangan politik” milik rakyat untuk membangun kepentingan bersama. Dalam hal ini, sepakbola dapat mengajarkan bagaimana seharusnya sebuah pementasan arena politik partai dan para pendukungnya dalam menjalankan tugas politiknya, yakni fair play.
2.2             Hubungan olahraga dengan ekonomi
Hingga saat ini, tampaknya masih ada opini yang mengatakan bahwa kegiatan olahraga cenderung menghambur-hamburkan uang. Bahkan ada analisis yang tendensius, daripada untuk kegiatan olahraga yang jutaan bahkan milyaran rupiah lebih baik digunakan untuk mengentaskan kemiskinan rakyat yang masih sekitar 140 juta. Pendapat dan analisis yang demikian tentu sah-sah saja.
Tetapi benarkah olahraga hanya menghabiskan uang ? Tidakkah ada revenue yang bisa diharapkan dari kegiatan olahraga ? Mungkinkah terjadi multiplier effect dari sebuah kegiatan olahraga? Pertanyaan seperti itu memang agak sulit dijawab secara pasti, jika saja tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya.
Bahwa untuk melakukan pembinaan olahraga membutuhkan dana yang tidak sedikit saya kira adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Ketika suatu negara atau daerah menyelenggarakan sebuah event olahraga, mungkin sekali banyak dana yang digunakan untuk membiayainya. Tetapi sangat boleh jadi kegiatan olahraga juga mampu mendorong tumbuhnya ekonomi, dan bahkan mendatangkan keuntungan langsung seperti Olympiade Los Angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta dolar. Olympiade Los Angeles merupakan olympiade pertama yang menerapkan pendekatan logika ekonomi melalui sport business. Pernyataan tersebut memberikan bukti bahwa olahraga apabila dikelola secara profesional dapat mendatangkan keuntungan ekonomi disamping nonekonomi. Itulah sebabnya mengapa banyak negara yang berebut untuk menjadi tuan rumah suatu event olahraga seperti Asian Games, Olympic Games, Piala Dunia ( sepakbola) dan Piala Eropa. Oleh karena itu, saya ingin melihat hubungan olahraga dan ekonomi sebagai hubungan yang bersifat resiprokal. Artinya, olahraga mempengaruhi ekonomi dan ekonomi mempengaruhi olahraga.
Dalam banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara ekonomi maju, maka perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Lihatlah bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia, Perancis, Inggris, Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat. Dari segi prestasi, terutama dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut telah menempatkan dirinya di papan atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat yang diukur dari angka kematian bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya, negara-negara maju juga lebih unggul.
Sungguhpun demikian, tidak berarti prestasi tinggi hanya terjadi pada negara-negara yang secara ekonomi lebih maju. Brasil secara ekonomi barangkali jauh di bawah negara-negara maju seperti Perancis, Jerman, dan Italia. Ditinjau dari GDP per capita, Brasil hanya US$ 7,037, sementara ketiga negara tersebut masing-masing adalah US$ 22,897, US$ 23,742, dan US$ 22,172. Sebuah perbedaan yang sangat signifikan, karena lebih dari tiga kali lipat. Akan tetapi, Brasil memiliki tradisi prestasi sepakbola yang lebih tinggi dibandingkan ketiga negara tersebut. Apa yang ingin saya katakan disini adalah bahwa untuk membangun olahraga tidak harus menunggu negara kita maju atau secara ekonomi sejajar dengan negara-negara maju. Justru yang perlu di dorong adalah bagaimana olahraga dijadikan sebagai salah satu instrumen untuk membangun ekonomi.
Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa tingginya partisipasi masyarakat dalam olahraga, ternyata tidak hanya mengurangi anggaran kesehatan yang dikeluarkan pemerintah, tetapi pada sisi yang lain juga meningkatkan produktivitas. Peningkatan partisipasi dalam olahraga hingga 25 % (angka semula 33% dari penduduk yangs ecara reguler melakukan olahraga) dapat mengurangi biaya kesehatan sekitar $ 778 juta dolar atau sekitar 6,6 trilyun rupia. Selain itu juga menstimulasi produktivitas 1-3 % , dari setiap 2-5 $ dolar yang diinvestasikan. Sementara anggaran yang digunakan untuk menstimulasi kegiatan olahraga tersebut hanya $ 191 juta dolar atau sekitar 1,6 trilyun rupiah (B.Kidd,World Summit on Physical Education,1999).
Studi di Austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat menghasilkan pendapatan nasional sebesar AUD $4,8 milyar pertahun, AUD $ 4 milyar dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang AUD$ 1,2 milyar terhadap GOP (Pereira,2004).
Fakta lain juga menunjukkan bahwa olahraga memiliki kontribusi yang signifikan pada upaya mengurangi pengangguran. Data di Inggris menyebutkan bahwa kegiatan olahraga menyediakan lebih banyak lapangan kerja dibanding industri mobil, pertanian, nelayan, dan industri makanan.

2.3             Hubungan olahraga dengan hiburan
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan.      Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.
2.4             Hubungan olahraga dengan perdamaian dunia
International Olympic Committee (IOC) digelari status sebagai pengawas oleh PBB dalam pelaksanaan Sidang Umumnya, hari ini (20/10). Keputusan ini diambil sebagai langkah memberikan kontribusi kepada usaha IOC untuk memenuhi Millennium Development Goals PBB.  Dengan menggunakan olahraga sebagai media, IOC dan rekan-rekannya telah melaksanakan beragam aktivitas ke hampir penjuru dunia dalam berbagai bidang seperti bantuan kemanusiaan, misi perdamaian, pendidikan, persamaan gender, masalah lingkungan dan perlawanan terhadap HIV/AIDS.
Dengan gelar ini, IOC mempunyai wewenang untuk hadir dalam semua Sidang Umum PBB dengan kapasitas sebagai pengawas yang bertugas untuk memromosikan olahraga di berbagai tingkat. Daftar pengawas terpilih PBB sangatlah eksklusif, di mana yang terpilih adalah organisasi yang independen dan non pemerintahan seperti contoh Palang Merah.
“Ini merupakan pengakuan luar biasa akan peran olahraga yang bisa memberikan kontribusi lebih baik pada perdamaian dunia”, kata Presiden IOC, Jacques Rogge. “Nilai-nilai olympik jelas sekali mempunyai persamaan dengan filosofi PBB. Keputusan hari ini mempererat hubungan antara IOC dan PBB” tambahnya. IOC telah berjuang bersama dengan PBB melalui anak-anak organisasinya dan asosiasi lain di seluruh dunia demi kepentingan generasi muda dan komunitasnya.
Rogge berterima kasih pada Mario Pescante, Wakil Presiden IOC dan Ketua Komisi Hubungan Internasional IOC, melalui pemerintahan Italia, menyarankan proposal IOC sebagai pengawas kepada PBB. Atas nama nama Presiden IOC, Mario Pescante yang tengah berada di New York, ditemani oleh anggota IOC, Anita DeFrantz dan YM Pangeran Albert II Putra Mahkota Monako yang mengepalai delegasi Monako pada Sidang Umum PBB, diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidatonyat: “Mengundang International Olympic Committee untuk turut mengambil bagian pada kerja PBB, Sidang Umum mengakui simbol Pergerakan (Movement) yang membela perkembangan manusia secara ideal dan mempromosikan lingkungan yang damai, yang mengacu pada pemeliharaan harga diri manusia.”
Sidang Umum PBB  juga mengadopsi Olympic Truce Resolution dari olimpiade musim dingin Vancouver 2010 dan paralympic Games, yang akan dilaksanakan pada 12-18 Februari dan 12-21 Maret 2010. Melalui resolusi ini, PBB mengundang para negara anggota untuk mengamati sekaligus mempromosikan perdamaian pada sebelum, selama berlangsungnya dan setelah event selesai sebagai usaha untuk melindungi kepentingan atlet serta olahraga secara umum dan turut berkontribusi melalui olahraga untuk mencari solusi damai dan diplomatis untuk konflik di dunia.
Dengan judul “Building a peaceful and better world through sport and the Olympic ideal”, resolusi tersebut diperkenalkan ole Kanada atas nama IOC. Dokumen tersebut juga mengacu pada Youth Olympic Games yang akan diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tanggal 14-26 Agustus 2010 di Singapura, dengan membawa tujuan untuk menginspirasi generasi muda di seluruh dunia untuk mengadopsi dan hidup berdasarkan nilai-nilai olympism.
Presiden IOC Jacques Rogge berkata: “Dukungan luas untuk resolusi ini berbicara tidak hanya sebagai simbol nilai tapi juga untuk potensi praktisnya. Hari ini IOC dan anak organisasinya mengambil tanggung jawab dalam bentuk beragam inisiatif pada tingkat lokal, nasional, regional dan dunia untuk mempromosikan dan memperkuat budaya perdamaian yang berdasar pada semangat Olympic Truce – yang sering berkolaborasi dengan anak organisasi PBB dan rekan-rekannya”.
Contoh luar biasa untuk proyek lokal yang berakar pada program terbaru dari Panitia Penyelenggara Vancouver 2010 (VANOC), yang bertujuan untuk memperluas nilai-nilai olympism seperti friendship dan respect melalui undangan terbuka “Make Your Peace”. Diharapkan inisiatif ini bisa mendorong individu untuk menciptakan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, sekolah, kerja dan dalam komunitasnya yang berdasarkan ada perdamaian abadi dimulai dari tingkat lokal.
2.5             Hubungan olahraga dengan suku
Suku adalah bagin dari sesuatu. Suku juga bisa setara dengan marga, seperti suku batak. Di Sumatera Barat, suku merupakan sebutan untuk bagian-bagian dari suku Minang seperti suku Sikumbang dan lain-lain. Hubungan olahraga dengan suku- suku adat yang berada di indonesia,juga bisa dipengaruhi oleh kebudayaannya.
Di Indonesia, saat ini masih terdapat beberapa macam olahraga tradisional yang sudah turun- temurun dari nenek moyang kita. Sebagai contoh adalah Gasing, egrang, gobak sodor dan masih banyak lagi. Kita seharusnya melestarikan permainan atau olahraga tradisional tersebut agar tidak habis dimakan zaman. Tiap daerah mempunyai cirri khas dalam cara permainan diatas. Sehingga, jika kita bermain gasing di yogyakarta, maka akan berbeda pula dengan permainan gasing di daerah Kalimantan.
2.6             Hubungan olahraga dengan agama
Seorang yang soleh pada zaman dahulu pernah berkata bahwa didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, dan di dalam jiwa yang kuat terdapat iman yang mantap.jelas sudah jika kita memiliki tubuh sehat kita akan mudah untuk memiliki iman mantap,bagaimana kita bisa melaksanakan ibadah dengan sempurna jika kita dalam keadaan sakit tentunya kualitas ibadah kita juga akan berkurang . kesehatan itu sendiri dapat kita peroleh salah satunya dengan berolah raga. maka sesungguhnya olah raga berperan sangat penting bagi kita apalagi dalam melaksanakan ibadah sehari-hari.
Dalam berolahraga kita harus melaksanakan setiap gerakan dengan tertib atau beraturan, agar tidak terjadi cidera atau keram otot pada saat pelaksanaan.begitu juga pada saat kita melaksanakan ibadah kita harus melaksanakannya dengan tertib agar ibadah kita sah/diterima oleh Allah SWT.
Agama islam dan olahraga memiliki korelasi atau hubungan dengan olahraga dikarenakan setiap olahraga selalu mengedapankan sportifitas yang tak lain sangat berhubungan erat dengan kejujuran, kejujuran sangat perlu ditanamkan dalam setiap insan olahraga demi menjaga citra sportif dalam setiap pertandingan.Olahraga juga harus memilik insan-insan yang bertakwa dan beriman dikarenakan semua kegiatan olahraga terutama dicabang-cabang tertentu memerlukan kejujuran, selain kejujuran diperlukan rasa tanggung jawab dalam setiap hal.Olahraga berkaitan dengan ibadah karena kita berolahraga agar badan sehat dan jika bedan sehat kita dapat menjalankan ibadah dengan baik, sehingga kita tidak hanya memikirkan keadan jasmaniah saja tetapi juga rohaniah seperti kata orang bijak “mensana in corporesano” yan artinya didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.Dan agma merupakan penyeimbang dari olahraga karena tidak mungkin kita hanya memuaskan hasrat untuh berolahra tetapi agama digunakan untuk memuaskan hasrat dalam mendekatkan diri kepa ALLAH SWT, sebagai tuhan yang telah menciptakan kita yang telah memberikan badan yang sehat, keterampilan dan kemampuan khusus sebagai penunjang kita dalam berolahraga